U.S. Leadership at a Time of Crisis

<--

Tragedi penembakan yang menewaskan 6 orang dan mencederai 18 orang lainnya, termasuk seorang politisi, sungguh mengguncangkan Amerika Serikat.

Sekalipun guncangannya tidak sedahsyat jika dibandingkan dengan peristiwa ledakan pesawat ulang alik Challenger tahun 1986, atau serangan teroris spektakuler 11 September 2001, peristiwa berdarah hari Sabtu di Tucson, Arizona, itu membuat bangsa AS terenyak.

Tidak kalah menarik perhatian bagaimana pemimpin AS bereaksi dan bertindak menghadapi krisis itu. Presiden Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama langsung menyatakan duka mendalam kepada para korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Presiden Obama dan Ibu Negara juga terbang ke Arizona untuk memimpin perkabungan nasional pada upacara pelepasan jenazah pada Rabu kemarin di Kampus Universitas Arizona. Lebih dari itu, Presiden Obama juga mengajak seluruh bangsa AS bersatu dan terus bergerak menyambut masa depan sekalipun menghadapi cobaan.

Gaya kepemimpinan Obama dalam menghadapi krisis itu ikut memperkuat dan memperpanjang catatan sejarah tentang mitologi kepemimpinan bangsa Amerika dalam menghadapi kesulitan. Tindakan Obama mengingatkan orang pada reaksi Presiden Ronald Reagan yang memberikan pidato ketika Challenger meledak pada 1986. Pidato Reagan memberikan optimisme kepada rakyat AS, terutama kepada anak-anak sekolah yang terguncang karena salah seorang yang menjadi korban dalam ledakan itu adalah seorang ibu guru yang menjadi astronot.

Tidak kalah mengesankan pidato Presiden George W Bush setelah serangan spektakuler teroris tanggal 11 September 2001 yang mendorong bangsa AS bersatu menghadapi kesulitan dan terus memandang masa depan secara optimistis. Pesan itu pula yang diperlihatkan Obama dalam menghadapi tragedi di Tucson.

Obama mendesak bangsa AS bersatu, tidak terpecah-pecah oleh kontroversi tentang kemungkinan tragedi akhir pekan itu sebagai upaya pembunuhan politik. Spekulasi tentang upaya pembunuhan politik muncul karena tembakan, antara lain, diarahkan kepada anggota Kongres dari Partai Demokrat, Gabrielle Giffords, yang kini dalam keadaan kritis di rumah sakit.

Sampai sekarang belum terungkap motif serangan berdarah pemuda Jared Loughner berusia 22 tahun itu. Keluarganya sudah meminta maaf. Loughner dituntut telah melakukan pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Dari kasus penembakan akhir pekan lalu itu, muncul kegelisahan di kalangan masyarakat soal keamanan.

Namun, kekhawatiran itu dianggap berlebihan karena seberat-beratnya ancaman kriminalitas, bagaimanapun AS tetap memperlihatkan keunggulan dalam upaya menegakkan hukum dan menjamin rasa aman masyarakatnya.

About this publication