How China Opposes American Hegemony

<--

Ada pendapat menarik dari Masdar F Masíudi sebagaimana diutarakan dalam diskusi “Membongkar Akar Terorisme“ di Jakarta, awal pekan ini. Menurut fungsionaris PBNU itu, China melawan hegemoni Amerika Serikat bukan dengan cara kekerasan, melainkan dengan diam-diam membangun ekonomi, sosial, politik, dan militer selama 20 tahun terakhir. “Sekarang Amerika pun harus angkat topi melihat kemajuan China,“ kata Masdar. Karena itu, ia mengimbau agar perlawanan terhadap Amerika dilakukan secara cerdas seperti pilihan China.

Pendapat tersebut penting untuk digarisbawahi, dan dijadikan bahan renungan bagi kita semua di Indonesia. Masdar mengemukakan penilaiannya itu untuk mengajukan tesis baru tentang cara paling proporsional dalam melawan hegemoni Amerika dan dampak negatifnya. Tesis itu pantas dipertimbangkan sebagai ganti cara kekerasan dan teror yang menurut pandangannya justru akan menghabiskan banyak energi dan merugikan diri sendiri. Bukankah selama ini kita memang melihat aksi teror di Tanah Air justru banyak memakan korban bangsa sendiri?

Meskipun Masdar tidak mengemukakan data tentang kemajuan China, rekor perkembangannya telah diketahui secara luas. Negeri Panda ini dikenal menganut sistem sosialis tetapi menerapkan kebijakan ekonomi yang kapitalistik. Sosialisme bisa “berselimutkan“ kapitalisme secara damai di China dengan hasil yang mencengangkan dunia. Pertumbuhan ekonomi tiap tahun di atas 10 persen ketika negara-negara lain hanya mencatat pertumbuhan rata-rata 5 persen. Bahkan ekonomi Amerika dan negara-negara Eropa hanya tumbuh ratarata 2-4 persen.

Saking pesatnya pertumbuhan ekonomi, penguasa China bahkan khawatir sendiri dan berusaha menekannya dengan berbagai kebijakan. Terakhir yang dilakukan adalah dengan membatalkan rencana devaluasi mata uang yen. Nilai yen yang terus menguat diprotes oleh banyak negara, terutama negara-negara maju karena dinilai dapat menekan krisis di kawasan tersebut. China sendiri melihat revaluasi yen dapat memukul balik perdagangan produknya di seluruh dunia, yang selama ini dikenal memiliki daya saing tinggi dengan harga yang murah.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta dominasi produk-produk manufaktur dan elektroniknya di dunia, China kini tampil sebagai negara dengan kekuatan ekonomi nomor dunia dunia terbesar setelah Amerika. Jepang dan Korea Selatan sudah dilewati. Cadangan devisa China yang mencapai 3 triliun dolar AS merupakan yang terbesar di dunia. Bukan hanya itu, dalam 20 tahun ke depan, kekuatan militer dan sistem persenjataan China diprediksi sudah menyamai Amerika. Pada saat itu, China akan tampil sebagai adidaya baru.

Boleh dikatakan, China sedang menuju proses untuk menggapai takdirnya sebagai pengganti Amerika. Segala prasyarat untuk menjadi negara adidaya baru sebentar lagi akan terpenuhi. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, pengaruh global dan geopolitik Negeri Tirai Bambu itu tidak bisa diabaikan. Apalagi jika mulai tahun 2012 nanti, China sudah mulai membangun jalur kereta api lintas negara BeijingSingapura dan Beijing-Teheran-Eropa. Maka benar apa yang dikatakan Masdar, model “perlawanan“ China patut dijadikan contoh.

About this publication