Umat Islam Amerika Serikat (AS) dituntut lebih banyak lagi berinteraksi dengan warga AS lainnya. Ini supaya mereka bisa diterima dan terhindar dari stigma negatif terorisme yang terasa masih begitu kuat pascatragedi 11 September 10 tahun lalu. Itulah pesan Syamsi Ali, tokoh Muslim di New York, keturunan Indonesia, saat berkunjung ke Republika, Rabu (12/10). Berikut kutipannya.
Apa yang harus dilakukan umat Islam di Amerika untuk menghapus stigma negatif terhadap Islam?
Hal yang harus dilakukan untuk menghapus stigma buruk terhadap Islam, seperti terorisme, umat Islam di Amerika harus lebih terbuka terhadap warga Amerika lainnya. Sebab keterbukaan dan kemampuan melakukan integrasi terhadap warga Amerika lainnya sangat penting untuk menghapus stigma buruk kalau Islam itu menakutkan atau terkait teroris. Kita tidak harus berdakwah, tapi cukup menunjukkan kalau kita ramah dan bisa diajak berteman, itu saja.
Selama ini Islam tidak dikenal oleh warga Amerika sebab warga Amerika memang tidak begitu tertarik dengan agama apa pun, termasuk Islam. Namun warga Islam Amerika sendiri juga cenderung eksklusif sehingga warga AS lainnya merasa tidak nyaman dengan sikap eksklusif tersebut. Intinya yang membuat Islam kelihatan menakutkan adalah kurang adanya komunikasi dan saling pengertian di antara kedua belah pihak.
Benarkah keterbukaan membantu mengurangi diskriminasi terhadap Muslim?
Pascatragedi gedung WTC, banyak orang non-Muslim Amerika yang justru mengirimkan karangan bunga di depan Masjid Al Hikmah New York. Mereka malah turut mengucapkan belasungkawa. Sebab selama ini masjid kami selalu terbuka terhadap orang-orang Amerika. Kami selalu ramah dan bersahabat dengan mereka yang non-Muslim. Bahkan, warga non-Muslim boleh mendengarkan khotbah Jumat. Mereka dibolehkan duduk di kursi-kursi yang disediakan. Dengan sikap terbuka semacam ini, maka warga Amerika lainnya bisa menerima keberadaan kita. Hal itu tentu saja mengurangi sentimen dan diskriminasi sebab mereka mulai timbul rasa empati. Makanya, masjid-masjid di Amerika memang harus memiliki manajemen yang ramah dan terbuka.
Apa hikmah di balik peristiwa 11 September bagi warga Muslim Amerika?
Peristiwa 11 September memang sebuah tragedi yang menyakitkan. Namun, setelah adanya peristiwa itu banyak warga Amerika yang tertarik mempelajari Islam. Saya sering diundang ke berbagai gereja maupun sinagoge untuk berceramah tentang Islam. Justru dengan melakukan berbagai ceramah di gereja dan sinagoge, mereka menjadi lebih mengerti Islam dan bisa menepis persepsi buruk. Selain itu, jumlah Muslim pascatragedi 11 September naik menjadi empat kali lipat daripada sebelumnya.
Dulu umat Islam kebanyakan merupakan kaum imigran dari Timur Tengah maupun Afrika. Sekarang umat Islam banyak yang berasal dari warga Amerika sendiri. Namun, warga Amerika yang paling banyak masuk Islam merupakan warga hispanik, keturunan Spanyol, terutama wanita muda berpendidikan. Banyaknya wanita hispanik yang masuk Islam karena pada dasarnya mereka memang lebih religius daripada warga Amerika umumnya.
Berapa peningkatan jumlah umat Islam pascatragedi 11 September?
Dari segi kuantitas dan kualitas, jumlah umat Islam di Amerika meningkat. Secara kuantitas umat Islam sekitar delapan hingga sembilan juta jiwa saat ini. Dulu hanya sekitar enam hingga tujuh juta jiwa. Sedangkan secara kualitas sudah ada dua Muslim yang duduk di Kongres AS. Ada juga umat Islam yang menjadi penasihat di Gedung Putih. Ada juga Muslim yang menjadi wali kota New Jersey.
Apa yang harus dilakukan imigran Muslim agar mereka diperhatikan pemerintah?
Sebenarnya agar imigran Muslim diperhatikan hak-haknya, mereka harus memiliki perasaan memiliki AS sebagai negaranya. Selama ini mereka merasa masih sebagai tamu di AS sehingga mereka cenderung pasif dalam pemilihan umum. Padahal dengan merasa memiliki AS, mereka bisa turut serta menentukan pemerintah yang terpilih, mendapatkan hak, dan melaksanakan kewajiban sebagai warga negara.
Ibaratnya, kalau Anda tamu maka Anda terima saja diberi teh. Namun kalau Anda merasa sebagai pemilik rumah, Anda bisa menentukan akan memasak menu apa yang disukai. Makanya, saat ini kami aktif menyerukan kepada umat Islam untuk lebih terbuka, aktif berpolitik, dan aktif bergaul dengan masyarakat sehingga tumbuh rasa memiliki Amerika.
Umat Islam dalam pemilu lebih memilih partai politik apa di Amerika?
Kebanyakan umat Islam keturunan Afrika-Amerika berafiliasi dengan Partai Demokrat. Namun, Partai Demokrat cenderung terlalu liberal. Mereka juga memperjuangkan kaum gay. Sehingga itu sering menjadi ganjalan umat Islam yang melarang homoseksual. Sementara, Partai Republik lebih konservatif terkait ajaran moral. Namun mereka tidak suka Islam. Makanya, umat Islam sering kesulitan dalam memilih partai.
Apa saja penyebab islamofobia di Amerika?
Ada empat faktor. Pertama, ketidaktahuan. Banyak warga Amerika yang tidak tahu tentang Islam sehingga mereka sering salah persepsi. Sebab kebanyakan warga Amerika menganggap agama tidak terlalu penting. Sementara imigran Muslim Amerika sendiri juga bersifat eksklusif. Mereka tidak mau memperkenalkan Islam. Dampak ketidaktahuan itulah yang menimbulkan salah persepsi dan stigmatisasi yang salah tentang Islam.
Kedua, faktor politik. Politik juga memengaruhi terciptanya fobia terhadap Islam. Banyak orang yang menggunakan agama untuk kepentingan politik sehingga pengertian dan pandangan terhadap Islam menjadi bias dan tidak jelas.
Lalu, faktor pemahaman ayat-ayat Alquran yang keliru. Dalam memahami ayat-ayat Alquran terkadang orang langsung menelan mentah-mentah apa yang tertulis dalam ayat tersebut. Misalnya sebuah ayat yang menyatakan kalau orang kafir telah ditutup mata, hati, dan telinganya, lalu mereka langsung dimusuhi. Padahal maksud ayat tersebut adalah menantang umat Islam untuk bisa membuka hati mereka dengan perjuangan, bukan pasrah saja dengan keadaan.
Keempat, kesalahan representasi Islam di dalam Islam sendiri. Saat Nabi Muhammad digambarkan memakai serban, banyak umat Islam yang marah dengan cara yang anarkis. Seharusnya kemarahan itu jangan dalam bentuk anarkistis, tapi lebih baik disampaikan melalui dialog sehingga dunia tahu Islam itu cinta perdamaian. Seperti juga Arab Saudi melarang wanita mengendarai mobil. Itu aturan Arab Saudi, bukan aturan Islam. Tapi orang sering mengidentikkan Islam dengan Arab, padahal itu beda.
Apa pengalaman paling berkesan selama Anda berdakwah?
Saya bertemu dengan Donald Trump, salah seorang pengusaha terkaya di Amerika. Trump sebelumnya menganggap Islam menakutkan. Dalam setiap wawancara dia sering menyebutkan Islam itu masalah. Namun, karena itu dia malah mengundang saya untuk menjelaskan tentang Islam. Dan yang menarik, orang sekaliber Trump membukakan pintu untuk saya ketika saya akan masuk rumahnya.
Jadi dia menganggap seolah-olah imam masjid itu sesuatu yang menakutkan dan harus benar-benar diperhatikan. Namun, begitu Trump bertemu dengan saya, dia sangat terkejut. Ternyata imam masjid itu tidak mengerikan seperti yang dia bayangkan, yang harus berjenggot panjang dan tebal dengan jubah. Alhamdulillah sejak pertemuan saya dengan Trump, dia tidak pernah menjelekkan Islam lagi di media. Makanya umat Islam Amerika itu harus membuka diri.
Bagaimana perkembangan kasus diskriminasi Muslim di AS?
Saat ini diskriminasi terhadap Muslim sudah berkurang. Sebab masjid-masjid di AS sekarang juga sudah tidak eksklusif dan mulai terbuka terhadap warga Amerika non-Muslim. Mereka bisa belajar Islam di masjid-masjid. Media juga tidak terlalu menyudutkan Islam lagi.
CNN sudah mulai berubah, bahkan mereka simpati terhadap Islam dengan membuat dokumentasi tentang diskriminasi terhadap Muslim. Namun memang Fox News masih terlihat antiimigran Muslim. Tapi secara umum media sudah mulai netral. dyah ratna meta novia ed: budi raharjo
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.