Wikileaks kembali membongkar isi sejumlah kawat rahasia diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta ke Washington. Sepintas, laporan Kedubes AS itu seolah membuka aib Indonesia ke forum internasional.
Seolah-olah, Wikileaks sangat berjasa mengungkap informasi yang mengandung hal-hal mengancam keutuhan NKRI. Tidak heran bila pihak DPR-RI serta merta meminta agar AS tidak mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.
Sesungguhnya kalau kita pahami misi Wikilleaks, yaitu mempromosikan keterbukaan, maka apa yang diungkap Wikileaks, masih dalam koridor misinya. Laporan Wikileaks itu memberi pencerahan kepada kita, bagaimana cara pandang AS terhadap pemerintahan SBY serta perkembangan politik yang ada di Tanah Air.
Persoalannya laporan Kedubes AS di Jakarta itu menjadi sesuatu yang dilihat tidak wajar, karena cara pandang kita yang berbeda dalam melihat laporan tersebut. Sehingga seakan-akan apa yang dilakukan oleh Kedubes AS di Jakarta, merupakan pelanggaran atas etika diplomasi.
Laporan Kedubes AS itu patut kita persoalkan, apabila laporan itu tidak ditujukan kepada pemerintah AS. Dengan memilah-milah siapa anggota Kabinet dalam Pemerintahan SBY yang pro Amerika, Wikileaks seolah telah membuka rahasia yang tidak bisa diketahui oleh siapapun di Indonesia. Pandangan ini jelas keliru!
Mengapa? Apapun pandangan atau opini Kedubes AS tentang susunan kabinet dalam pemerintahan SBY, merupakan hak negara itu berpendapat demikian. Bahwasanya ada hal yang bersifat sensitif seperti apa yang menyebabkan Wakil Menhan Letjen Sjafrie Sjamsuddin dicekal oleh Washington, kita perlu melihatnya secara proporsional dan obyektif.
Artinya kita memperoleh gambaran yang jelas tentang kebijakan Washington terhadap jenderal Kopassus itu. Tetapi vonis Washington terhadap Wamenhan, tidak harus menjadi acuan.
Sementara ulasan tentang sejumlah nama yang berpotensi menjadi Presiden dalam Pilpres 2014 atau mereka yang sedang bersiap-siap menjadi calon, dari kacamata politik Indonesia, bukanlah hal yang sangat baru.
Siapapun yang mengikuti kegiatan politik para politisi pasti setuju bahwa tokoh-tokoh seperti Hatta Rajasa dan Aburizal Bakrie memang sedang berancang-ancang ke sana. Penilaian Kedubes AS akan sangat berbeda nilainya, apabila hal ini terjadi ketika sistem politik Indonesia masih sama dengan situasi di era Orde Baru.
Lagi pula bagi yang paham tentang misi sebuah perwakilan asing, wajar apabila perwakilan AS di Jakarta membuat laporan sesuai misi dan kepentingannya ke kantor pusat di Washington.
Para pejabat tinggi AS di Washington, pasti memiliki keterbatasan atas info dan perkembangan Indonesia. Sehingga menjadi kewajiban Kedubes AS ataupun Dubes-nya di Jakarta untuk membuat pemetaan tentang Indonesia, menurut cara pandang Washington.
Kalaupun opini yang ada dalam laporan tersebut mengesankan dalam Kabinet SBY terdapat sejumlah menteri yang dekat dengan Washington, dan mereka yang dianggap tidak dekat, hal tersebut wajar dan sah-sah saja.
Pemetaan tersebut tidak harus dilihat bahwa para menteri yang dimaksud merupakan agen tidak resmi AS di Indonesia. Atau mereka merupakan putera-puteri penghianat bangsa sebab mereka bersedia menjadi agen AS atau CIA.
Sebaliknya mereka yang dimusuhi oleh Washington merupakan pahlawan dan patriot bangsa. Dua-duanya patut kita terima sebagai sebuah masukan semata. Bagaimanapun kita harus percaya, setiap orang yang dipilih sebagai anggota kabinet masih tetap memiliki perasaan nasionalisme yang kuat. Sehingga mereka lebih mencintai Indonesia dari pada negara lainnya.
Namun, laporan Kedubes AS itu menjadi sebuah persoalan besar apabila isinya misalnya meminta Washington agar menyingkirkan pemerintahan yang sah di Indonesia, mengeksekusi para menteri yang berseberangan dengan AS atau membantu persenjataan dan keuangan bagi gerakan separatis di Indonesia.
Dan satu hal lagi yang perlu dipahami, laporan-laporan kawat diplomatik yang dibocorkan Wikileaks, tidak terbatas pada satu negara semata. Yang dirangkum oleh Wikileaks adalah laporan diplomatik seluruh Kedubes AS di dunia. Laporan tentang Indonesia, hanya satu dari ribuan laporan Wikileaks – dimana nada yang sama juga terjadi atau dilakukan pada negara lain.
Hal lain yang patut kita akui, KBRI kita di negara lain, sebetulnya (mungkin) melakukan hal serupa dengan Kedubes AS di Jakarta, tetapi laporan itu tidak mendapat perhatian oleh Redaktur Wikileaks. Indonesia tidak diperhatikan oleh website ciptaan pemuda Australia ini, karena pengaruh diplomasi Indonesia, tidak dirasakan oleh negara-negara lain.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.